Tugas 3 IBD UG
BUDAYA DAN SASTRA
A.
Definisi Budaya dan Sastra
1. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu
dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka
yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
2. Sastra
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang
mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās-
yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan
untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan
sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar
teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau
abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai
orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi
menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini
sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan
pengalaman atau pemikiran tertentu.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis
atau bahasa.
B.
Pengaruh Budaya Terhadap Sastra
Bahasa tidak hanya memunyai hubungan dengan
budaya, tetapi juga sastra. Bahasa memunyai peranan yang penting dalam sastra
karena bahasa punya andil besar dalam mewujudkan ide/keinginan penulisnya.
Banyak hal yang bisa tertuang dalam sebuah sastra, baik itu puisi, novel,
roman, bahkan drama. Setiap penulis karya sastra hidup dalam zaman yang
berbeda, dan perbedaan zaman inilah yang turut ambil bagian dalam menentukan
warna karya sastra mereka. Oleh karena itu, ada beberapa periode dalam
penulisan karya sastra, seperti Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan 45,
Angkatan 66, dan sebagainya. Setiap periode "mengangkat" latar
belakang yang berbeda-beda sesuai zaman dan budaya saat itu.
Sebagai contoh, kesusastraan Indonesia.
Kesusastraan Indonesia menjadi potret sosial budaya masyarakat Indonesia. Tidak
jarang, kesusastraan Indonesia mencerminkan perjalanan sejarah Indonesia,
"kegelisahan" kultural, dan manifestasi pemikiran Bangsa Indonesia.
Misalnya, kesusatraan zaman Balai Pustaka (1920 -- 1933). Karya-karya sastra
pada zaman itu menunjukkan problem kultural ketika Bangsa Indonesia dihadapkan
pada budaya Barat. Karya sastra tersebut memunculkan tokoh-tokoh (fiksi) yang
mewakili golongan tua (tradisional) dan golongan muda (modern). Selain itu, ada
budaya "lama", seperti masalah adat perkawinan dan kedudukan perempuan
yang mendominasi novel Indonesia pada zaman Balai Pustaka. Sekarang ini, novel
Indonesia cenderung menyajikan konflik cinta, sains, kekeluargaan, dll..
Bagaimana pendapat Anda mengenai puisi zaman
sekarang? Tentu saja ada perbedaan yang sangat kentara, baik dalam topik yang
"diangkat" maupun bahasa yang digunakan. Sebagai contoh, kumpulan
puisi Mbeling karya Remy Sylado, tahun 2005. Sebagian besar puisi Mbeling yang
ia tulis mengangkat kehidupan politik pada saat itu, seperti korupsi, koruptor,
individualisme, dll.. Secara penulisan, beberapa puisi karya Remy Sylado hanya
terdiri 1 -- 2 kata saja dan disusun dengan tipografi yang unik. Misal, puisi
berjudul "Individualisme dalam Kolektivisme". Puisi ini hanya terdiri
dari kata "kita" dan "aku". Kedua kata ini disusun dengan
pola membentuk persegi panjang, dengan kata "AKU" (kapital) pada
titik diagonalnya. Jika dibandingkan dengan puisi pada zaman Muhammad Yamin,
tentu mengalami perbedaan. Meskipun mengangkat tema yang sama, misalnya
politik, tetapi konten penyajian puisi sangatlah berbeda. Puisi Muhammad Yamin
lebih mengangkat sisi perumusan konsep kebangsaan, meskipun saat itu masih
dalam lingkup Sumatera. Jelas sangat berbeda dengan puisi Remy Sylado, yang
lebih condong menyajikan sisi kehidupan politik sebuah bangsa berkembang dengan
kondisi pemerintahan yang kurang baik.
Perbedaan karya sastra setiap periode bukanlah
semata-mata karena ide/gagasan dari penulisnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh
kondisi sosial, politik, dan budaya yang terjadi pada saat itu. Bahkan, jika
kita mau merunut karya sastra dari awal sampai sekarang, dan meneliti lebih
dalam mengenai latar belakang ideologi saat itu, kita bisa mendapati bagaimana
proses perjalanan Bangsa Indonesia. Meskipun karya sastra di Indonesia bisa
dibilang hampir pada posisi "tengah" -- tidak terlalu menonjol dan
tidak terpuruk, namun perlu disadari bahwa budaya barat sedikit demi sedikit,
dari waktu ke waktu, turut memengaruhi karya sastra Indonesia.
Pernahkah Anda mendengar karya sastra
Indonesia modern? Gaya sastra asing (barat) dan pengaruh bentuk menjadi patokan
untuk menyebut sastra Indonesia yang modern. Pada kenyataannya, ketika
pengarang hidup dalam budayanya, ia mencoba untuk menerima tradisi estetis
(gaya barat) dengan budayanya. Penerimaan tradisi estetis tersebut dituangkan
dalam karyanya, dijadikan latar/setting pada tulisannya, sekadar memberi warna
dalam proses kreatif yang ia lakukan. Akibatnya, sastra lama hanya akan menjadi
sebuah artefak. Para peneliti sastra pun menjadi asing dengan tradisi yang dimiliki
oleh sejarah panjang sastra di Indonesia, melalui karya-karya sastra yang ada.
Budaya dan sastra memunyai ketergantungan satu
sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang
terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di dalam sastra. Masinambouw
mengatakan bahwa sastra (bahasa) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang
melekat pada manusia. Jika kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi
manusia di dalam masyarakat, bahasa (sastra) adalah suatu sistem yang berfungsi
sebagai sarana berlangsungnya suatu interaksi.
C.
Daftar
Pustaka
D.
Kesimpulan
Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai
yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri. Dari pernyataan ini budayalah yang menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Sastra merupak sebuah jenis tulisan yang memiliki arti dan
keindahan tersendiri. Sastra dapat berbeda disetiap daerah geografis dan
penggunaan bahasa.
Budaya dan sastra saling berkaitan. Dimana
sastra sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam
kebudayaan akan tercermin dalam sastra.
Comments
Post a Comment