Simbat, Alarm Banjir Buatan Unikom Bandung (PLH 2 UG)
Simbat,
Alarm Banjir Buatan Unikom Bandung
RABU, 26 OKTOBER 2016 | 19:58 WIB
Dosen dan tim mahasiswa Universitas Komputer
Indonesia (Unikom) Bandung, membuat sistem peringatan dini banjir. Peringatan
berdasarkan antara lain dari kenaikan tinggi permukaan air sungai yang diolah
bersama data curah hujan. Inovasi tersebut sudah diuji coba sejak Juli
hingga-Agustus 2016.
Perangkat yang dinamakan Simbat, akronim dari Sistem Monitoring Banjir Terpadu itu gagasan dosen Teknik Komputer Unikom, Agus Mulyana. Risetnya dirintis sejak Mei 2015. "Karena rumah mertua di Dayeuh Kolot suka kebanjiran," kata Agus, Selasa malam, 25 Oktober 2016.
Dengan pemasangan Simbat, warga yang pemukimannya biasa atau berpotensi dilanda banjir, bisa siap-siap menyelamatkan diri dan mengamankan barang di rumahnya. Ketika air sungai terus naik, alat dengan kalibrasi parameter banjir di suatu sungai akan menandai level bahaya. "Pada level siaga sampai awas peringatan dini akan berbunyi," ujar Agus.
Alarm berupa sirine otomatis akan berbunyi disertai informasi kondisi sungai dan langkah evakuasi. Peringatan itu ditujukan ke warga di lokasi yang berpotensi terdampak banjir.
Simbat memakai empat perangkat keras yang masing-masing dilengkapi aplikasi. Simbat Node merupakan alat dengan beberapa sensor seperti ultrasonik yang dipasang untuk memantau ketinggian air sunga. Informasi dari Node dikirim via sinyal GSM atau GPRS ke web server.
Informasi pantauan lalu bisa diakses Simbat Client yang dipasang di tempat publik seperti masjid atau kantor RW. Jika ada potensi banjir, alat itu akan mengeluarkan bunyi peringatan. Perangkat terakhir yaitu aplikasi buat umum.
Simbat kini tengah dipersiapkan di ajang Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016. "Karya ini sesuai metode riset harus diuji coba dulu, kekurangannya telah kami perbaiki," kata Agus. Dia berharap teknologi tersebut bisa diproduksi masal dan dipakai di banyak tempat untuk mitigasi banjir.
Perangkat yang dinamakan Simbat, akronim dari Sistem Monitoring Banjir Terpadu itu gagasan dosen Teknik Komputer Unikom, Agus Mulyana. Risetnya dirintis sejak Mei 2015. "Karena rumah mertua di Dayeuh Kolot suka kebanjiran," kata Agus, Selasa malam, 25 Oktober 2016.
Dengan pemasangan Simbat, warga yang pemukimannya biasa atau berpotensi dilanda banjir, bisa siap-siap menyelamatkan diri dan mengamankan barang di rumahnya. Ketika air sungai terus naik, alat dengan kalibrasi parameter banjir di suatu sungai akan menandai level bahaya. "Pada level siaga sampai awas peringatan dini akan berbunyi," ujar Agus.
Alarm berupa sirine otomatis akan berbunyi disertai informasi kondisi sungai dan langkah evakuasi. Peringatan itu ditujukan ke warga di lokasi yang berpotensi terdampak banjir.
Simbat memakai empat perangkat keras yang masing-masing dilengkapi aplikasi. Simbat Node merupakan alat dengan beberapa sensor seperti ultrasonik yang dipasang untuk memantau ketinggian air sunga. Informasi dari Node dikirim via sinyal GSM atau GPRS ke web server.
Informasi pantauan lalu bisa diakses Simbat Client yang dipasang di tempat publik seperti masjid atau kantor RW. Jika ada potensi banjir, alat itu akan mengeluarkan bunyi peringatan. Perangkat terakhir yaitu aplikasi buat umum.
Simbat kini tengah dipersiapkan di ajang Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016. "Karya ini sesuai metode riset harus diuji coba dulu, kekurangannya telah kami perbaiki," kata Agus. Dia berharap teknologi tersebut bisa diproduksi masal dan dipakai di banyak tempat untuk mitigasi banjir.
SUMBER: TEMPO.CO.ID DAN https://tekno.tempo.co/read/news/2016/10/26/061815304/simbat-alarm-banjir-buatan-unikom-bandung
Comments
Post a Comment